Renungan Qurban
Fadlullah, marbot Ats-Tsauroh Masjid Agung Kota Serang
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ Kurban, regenerasi, dan investasi sosial
Empat inspirasi dari 3 ayat di atas,
Pertama, semua semua yang kita anggap sebagai milik kita itu, sesungguhnya adalah titipan Allah. Kita tidak punya apa-apa. Hidup dan nafas kita juga tidak ada dalam kendali kita. Maka jangan sok-sokan seperti Fir’aun, Karun dan Haman.
Kedua, ketika Anda diuji dengan sakit, kesulitan, kesusahan, atau kekurangan jangan mengeluh. Sabar! Ingat, bahwa nikmat yang Allah berikan kepada Anda jauh lebih banyak dibandingkan secuil ujian yang diterima. Iman, sehat, ilmu, anak keturunan itu semua nikmat Allah, sudahkah disyukuri?
Ketiga, salat dan kurban itu dilaksanakan karena Allah dan untuk meraih rido Allah. Salat dimulai dengan takbir dan kurban pun dengan ujung pisau terhunus dimulai dengan “bismillahi Allahu Akbar!” Ego, keserakahan, dan tirani “disembelih” sehingga tercipta kesetaraan dan keadilan sosial. Di sini kita belajar dari Nabi Ibrahim tentang visi regenerasi dan investasi sosial. Beliau berdoa agar anak keturunannya menjadi penegak salat; beliau juga merekonstruksi Ka’bah dengan melibatkan puteranya Ismail. Kita belajar dari Nabi Muhammad yang membangun kota berbasis masjid dan mewariskan Al Quran dan hadits sebagai pusaka peradaban dunia.
Keempat, seluruh hidup Anda sia-sia. Mati lebih buruk dari bangkai binatang, ketika urusan Anda hanya seputar: makan enak, tidur nyenyak dan BAB lancar. Teladani Nabi Ibrahim dan keluarganya, Ismail, ibunda hajar, ishaq, ibunda sarah, ya’qub, yusuf, dst. Teladani Nabi Muhammad saw. Hidup mereka mulia karena sibuk beribadah, dakwah, dan berkontribusi dalam gerakan sosial kemanusiaan. Tiru mereka yang serius memimpin dan melayani dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan hartanya untuk membangun sistem pendidikan berbasis Masjid, Pesantren. Sebut KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, KH. Syam’un, dst. Nama mereka terus terpatri dalam hati sanubari umat.
Siapa yang akan mengingat namamu? Apakah istri dan anakmu berterima kasih dan merindukanmu? Setelah Anda wafat, adakah yang sudi mendoakanmu?
Entahlah! Apalagi bila selama ini pelit dan tidak suka menolong sesama.
Orang yang dermawan dan suka berkorban serta tangguh membangun peradaban melalui jalur pendidikan, dakwah, politik luhur, dll amal soleh, insya Allah dikenang penduduk bumi dan disambut penduduk langit.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ Ya Allah terimalah salat dan kurban kami. Amin
Tinggalkan Balasan