amalinsani. “Revolusi Mental Presiden Jokowi dimulai sejak 2014, namun saat ini Men tal. Revolusi Mental merupakan proyek yang tidak diimplementasikan secara sistematis, terstruktur dan terlembaga dengan baik” demikian diungkap oleh Dr. Nirzalin saat menyampaikan materi Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Amal Insani Foundation (17/05/2022)
Lebih lanjut Nirzalin mengatakan, “Alih-alih memiliki interkoneksitas dan integrasi sistemik, antara pemerintah pusat dan pemerintah Propinsi saja alurnya terputus, bahkan ada pemerintah Propinsi yang tidak memberi dukungan sama sekali terhadap program ini”
“Selain itu, Minimnya Role Model dikalangan Elite Politik dan diperparah dengan Pengasuhan Habitus Pro Mentalitas Keindonesiaan yang direncanakan nyaris tidak terjadi” ungpa Nirzalin yang merupakan Wakil Dekan Fisip Universitas Malikusshaleh Aceh.
Webinar Nasional yang dirangkai dengan kegiatan Call for Paper ini mengambil tema Nasib Pendidikan Karakter dimasa pembelajaran Daring dalam bingkai Merdeka Belajar menghadirkan Keynote Speaker Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS sebagai Staf Khusus Menko PMK RI yang juga sekaligus ketua Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Tampil sebagai pembicara Dr. Yudi Juniardi, M.Pd selaku Dosen Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Dr. Dian CIta Sari, M.Pd selaku Dosen UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi dan Dr. Nirzalin, M.Si selaku Wakil Dekan I Fisip Universitas Malikussaleh Aceh.
Dalam paparannya, Dr. Nirzalin menyampaikan bahwa karakter adalah kualitas, kekuatan mental, moral atau budi pekerti yang merupakan kepribadian khusus sebagai pendorong serta pembeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Karakter ditentukan oleh kualitas mentalitas sesorang
“Kualitas mentalitas merupakan bentukan habitus yang terbentuk secara empiris-sosiologis melalui pengasuhan interaktif dalam lingkungan sosial seseorang.” Pungkasnya.
Sementara itu, Dr. Dian CIta Sari dalam makalahnya yang berjudul; Relasi Pendidikan Karakter dengan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka mengatakan bahwa, sumber nilai karakter terdari dari Ideologi Pancasila, Ajaran Agama, Budaya bangsa dan Tujuan Pendidikan Nasional.
Lebih lanjut dikatakan, “Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” ungkapnya
Dikatakan oleh Dr. Dian Cita Sari, “Pembangunan jati diri dan karakter bangsa semakin memudar, yang disebabkan kurangnya keteladanan, maraknya pemberitaan media cetak dan elektronik yang tidak mendidik, dan pendidikan belum banyak memberi kontribusi optimal dalam pembentukan karakter peserta didik.” ungkapnya
Diakhir pemaparannya, Dr. Nirzalin menyampaikan 4 rekomendasi terkait pembangunan karakter; pertama, agar Pembentukan mentalitas/karakter yang produktif dan berintegritas merupakan keniscayaan bagi kemajuan Indonesia; kedua, Revolusi mental yang digagas pemerintah Indonesia sebagai turunan dari Nawacita tidak berjalan efektif, sehingga revolusi mental ini sering diplesetkan sebagai revolusi “men tal”; ketiga, Habitus mentalitas Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong tidak terbentuk karena elite pemerintahan tidak mampu menjadi role model; dan keempat, Kehadiran variasi agen sosialisasi melalui media sosial menciptakan kegamangan ditingkat publik, sehingga cita mentalitas yang diupayakan transformasi secara “tidak” serius oleh negara bertambah disruptif. (admin)
Tinggalkan Balasan