Serang, amalinsani.org. “Budaya kontemporer memandang dunia sebagai sebuah struktur, yang di dalamnya terdapat sekumpulan struktur. Struktur-struktur membangun jalinan menjadi struktur yang lebih besar. Demikian seterusnya sehingga terbentuk dunia yang dipahami dan dijalankan oleh manusia. Kemudian menjadi cara pandang terhadap dunia dalam konsep strukturalisme.” pungkas Dr Yully Ambarsih Ekawardhani dalam Webinar Nasional Series The Power of Parenting Batch 8 yang diselenggarakan oleh Amal Insani Foundation, Kamis (25/11/2021)
Webinar Series yang dibuka oleh Linda Mulyawati, M.Pd selaku Head Officer Amal Insani Foundation ini didakan dalam rangkaian Milad ke 5 Amal Insani Foundation menghadirkan Keynote Speaker Ustadz Ali Farhan Tsani selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jannah Al Bantani dan juga Redaktur senior Minnanwes.net.
Hadir juga Aida Fitriana selaku Ketua Majelis Taklim Pimpinan Wilayah Aisyiah, Bali; Dina Satriani Dosen STTIKOM Insan Unggul Cilegon dan Dr. Yully A Ekawardhani selaku Dosen Pascasarjana Unikom Bandung. Dan dipandu oleh Moderator Maya Kuswaty selaku Dosen Universitas Primagraha.
Dr. Yully menambahkan, Terjadi pergeseran pada konsep pertemanan. Ciri-ciri jenis pertemanan masih dapat ditemukan, tetapi dalam wujud yang berbeda. Unsur kegunaan, kesenangan, dan kebaikan masih muncul. Meskipun, sifat kegunaan bukan didasari kesamaan motivasi, tetapi adanya keuntungan. Kesenangan (pleasure) telah berganti menikmati (voyeur). Bahkan kebaikan (goodness) bersifat transaksional.
“Dalam kesehariannya remaja menciptakan narasi bagi dirinya, melalui penggunaan simbol-simbol. Simbol sering dikaitkan dengan identitas/jati diri. Namun yang menjadi pertanyaan adalah konsep bentukan jati diri tersebut. Membaca simbol yang digunakan menjadi hal penting bagi orang tua. Simbol menjadi salah satu cara untuk menemukan komunikasi secara visual. “ pungkas Dosen Pascasarjana Unikom Bandung ini.
Sementara Aida Fitriana dalam paparannya mengatakan, “Pondasi agama harus benar-benar ditanamkan pada remaja sebagai tanggung jawab orang tua terhadap mereka. Pendidikan agama sebagai pilar pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama orang tua, masyarakat, lembaga pendidikan dan pemerintah.” ujarnya.
Lebih lanjut Aida Fitriana menegaskan, “Fitrah anak sesungguhnya bersih, kita orang tualah yang memiliki peran dalam membentuk mereka menjadi anak-anak shalih.” (red)