Serang, amalinsani.org. “Istilah Pelakor merefleksikan suatu cara pandang yang timpang dan bias gender. Bukan saja timpang, istilah ini juga lebih bersifat emosional ketimbang rasional. Cenderung digunakan hanya untuk menyalahkan dan mempermalukan perempuan. Sambil mengabaikan peran laki-laki dalam persitiwa perselingkuhan.” Demikian diungkap oleh Hayyun Nur, Dosen STIA Panca Marga Palu – Sulawesi Tengah saat menjadi Pemantik Diskusi dalam Webinar yang dilaksanakan oleh Amal Insani Foundation bekerjasama dengan STKIP Pancakarya Tangerang, Senin (22/03/2021)
Webinar yang mengambil tema Bersikap Adil terhadap Pelakor selain menghadirkan Hayyun Nur, juga menghadirkan Linda Mulyawati, Ketua STKIP Pancakarya Tangerang yang juga sebagai Anggota Dewan pendidikan Banten; juga menghadirkan Wardatul Ilmiah, Dosen Tetap Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga sebagai Pengurus IDRI Banten. Webinar dikuti oleh peserta yang berasal dari lintas provinsi, dengan dipandu oleh Moderator Maya Kuswati Dosen Tetap di Universitas Primagraha (UPG).
Dalam paparan selanjutnya Hayyun Nur mengatakan, “ Maraknya penggunaan istilah pelakor jelas menunjukkan bias negative terhadap perempuan. Disatu sisi perempuan disalahkan, di isi lain laki-laki di glorifikasi. Padahal, istilah pelakor itu muncul dari suatu akksi kolaboratif, yaitu Perselingkuhan.”
“Dalam setiap kasus perselingkuhan, hamper selalu perempuan yang dituding sebagai sumber kesalahan. Istri yang diduakan disalahkan karena tidak becus mengurus suami. Perempuan yang menjadi pihak ketiga dihinakan dengan tudingan pelakor.” pungkas Hayyun Nur.
Achmad Rozi El Eroy, selaku Founder Amal Insani Foundation yang menginisiasi adanya Webinar ini mengabarkan bahwa persoalan pelakor menjadi menghangat kepermukaan karena dipicu oleh kasus perselingkuhan yang terjadi dikalangan selebritis, kemudian diblowup oleh media secara vulgar.

“Akhirnya pelakor menjadi atribusi yang sangat tidak elegan untuk disematkan kepada perempuan. Pelakor itu terlalu menyudutkan dan memposisikan perempuan sebagai pihak yang selalu dihinakan dan dipersalahkan oleh public.” ungkap Rozi.
Sementara Linda Mulyawati yang di daulat menjadi pembicara berikutnya mengatakan, dipihak perempuan terjadinya Pelakor secara khusus dipicu oleh adanya kebutuhan perempuan yang butuh kasihsayang, butuh teman berbincang, butuh kejujuran dan dukungan finansial yang cukup.
“ Disamping itu, kehilangan figur ayah, adanya kebutuhan memantaskan diri, daya juang yang lemah, libido sex yang tinggi dan adanya ruang hampa yang dimiliki oleh perempuan menjadi pendorong munculnya pelakor.” Linda menegaskan
Bagi Linda, pemicu terjadinya pelakor juga bisa bersumber dari pihak laki-laki, dimana adanya kebutuhan laki-laki terhadap Seks yang tinggi, adanya kebersamaan dalam hobby maupun pekerjaan, istri yang menarik, istri yang memiliki kemampuan mengurus rumah tangga, dan butuhnya penghargaan dari pasangannya.” ujar linda yang juga tercatat sebagai Anggota Dewan Pendidikan Banten

Wardatul Ilmiah dalam materinya yang berjudul Dampak Pelakor bagi Tumbuh Kembang Anak mengatakan, “Anak membutuhkan limpahan kasih sayang dari kedua orangtuanya secara sehat, anak juga membutuhkan pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar, anak butuh pertumbuhan kepribadian, dorongan kreatif, pengertian dan perhatian, stabilitas emosi dan pemeliharaan, perawatan dan perlindungan akan kesehatan , sandang pangan dan juga aktivitas rekreasional.” (red)
Tinggalkan Balasan