Menggali Hikmah Hidup Dari Bidak Catur

Tulisan ini merupakan revisi dari tulisan sebelumnya yang penulis terbitkan secara berseri (terbit setiap edisi) yang kemudian menyatukannya dengan beberapa pengurangan dan tambahan yang dianggap perlu berdasarkan daya nalar pribadi serta dari beberapa pendapat. Kemudian berisi tentang permainan catur secara umum (tidak membahas masalah teknik) dan lebih spesifik pada karakter sebuah bidak/pion, dengan harapan bisa menjadi pelajaran bagi penulis pribadi dan umumnya bagi pembaca.

Pada nukilan ini, penulis hanya mengungkap satu deskripsi, yaitu pion sebagai public figure dalam permainan catur. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis buah catur, di antaranya: raja, menteri, gajah, kuda, dan benteng, bidak (pion). Meski dalam klasifikasi pion berada diurutan terakhir, namun pada prakteknya pion berada di barisan awal. Kemudian kelemahan pion jika sudah berjalan maka tidak bisa kembali lagi (mundur), namun banyak hikmah yang bisa diambil dari perjalanan sebuah pion. Tidak sedikit para pecatur professional yang memanfaatkan kelemahan sebuah pion menjadi kekuatan yang super hebat melebihi kekuatan yang lainnya. Berikut penulis tampilkan serial belajar hidup dari bidak pion.

#EdisiI: Bekerjasama untuk Mencapai Tujuan

Literasi pada posting ini menggambarkan sebidak pion yang kecil dan lemah membayangkan menjelma menjadi sosok ratu (patih) yang perkasa. Dalam permainan catur hal tersebut bukan tidak mungkin. Dengan kerja keras dan kerjasama tim harapan tersebut dapat dicapai.

Bekerja sama. Pion menyadari bahwa dirinya tidak sekuat bidak lain. Namun, ia pun sadar bahwa jumlahnya paling banyak. Sehingga ia pun harus bekerjasama jika ingin menjadi kuat. Tidak bisa dimungkiri lagi bahwa kerja sama yang solid merupakan kekuatan terbesar dalam sebuah upaya. Setiap anggota pasti punya tugas dan kewajiban yang berbeda dari anggota lain. Oleh karena itu, kerja sama antaranggota akan mampu membuat target tujuan lebih mudah dicapai.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bekerjasama adalah melakukan (melaksanakan) suatu kegiatan atau usaha (perniagaan atau sebagaianya) yang ditangani oleh dua pihak atau lebih. Mengapa kita perlu berkerja sama? Karena dengan bekerjasama, akan memudahkan atau meringankan kegiatan yang sedang dikerjakan bersama. Dengan bekerjasama maka kebutuhan dan keinginan-keinginannya dapat tercapai. Tidak ada yang dapat mencapai seluruh kebutuhan dan keinginannya tanpa bantuan yang lainnya.

Kita mungkin pernah melihat seorang pemain catur profesional yang membuat formasi piramida ataupun zig-zag dengan menggunakan pionnya. Membentuk formasi piramida, atau zig-zag (membentang diagonal seperti tangga), pion menjadi sulit untuk dikalahkan. Cara ini dimanfaatkan karena pion hanya bisa membunuh musuhnya secara diagonal dan satu langkah saja Bisa dibayangkan jika musuh membunuh sebuah pion, maka di belakang pion tersebut ada pion lagi yang siap membalasnya. Strategi ini bisa dikatakan efektif untuk membuat lawan mati kutu dan tidak bisa menembus pertahanan kita, lantas memberi waktu bagi bidak lain untuk melancarkan serangan balik pada musuh.

Pelajaran yang dapat kita peroleh dari bekerjsama adalah dengan bekerjasama, maka akan terwujud tujuan yang dinamis dan  menciptakan kesatuan tiap individu. Ada beberapa manfaat dari bekerjasama, yaitu: 1) Dapat membuat pekerjaan yang berat menjadi lebih ringan dan cepat; 2) Dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan; 3) Dapat memupuk rasa sosial dan menciptakan kepedulian terhadap sesame; 4) Dapat menghindari sifat egois atau mementingkan diri sendiri; dan 5) Dapat menimbulkan ide atau gagasan baru berdasarkan hasil diskusi selama bekerja.

#EdisiII: Berada di Garda Terdepan

Literasi kedua adalah posisi pion yang berada pada barisan depan. Pion adalah prajurit paling setia. Ia ada di garis depan saat permainan dimulai. Ia membentuk garis pertahanan kerajaan. Ia bahkan melindungi raja (pemimpin) dari serangan langsung. Baginya pemimpin adalah amanah bagi rakyat untuk melindungnya, terlepas pemimpin yang punya latar belakang yang baik ataupun buruk. Ketika menjadi pemimpin baginya wajib mempersembahkan jiwa raganya sampai titik darah penghabisan.

            Melindungi pemimpin dari musuhnya berarti memertahankan harga diri. Mereka siap berkorban jiwa raga untuk pemimpinnya. Rasulullah S.a.w. bersabda “Dengarlah dan taat, meskipun penguasa (pemimpin) kalian adalah seorang budak Habsyi (budak dari Ethiopia), yang kepalanya seperti kismis (anggur kering) (karena secara fisik, mereka berambut keriting seperti anggur kering yang mengkerut, pen.)” (HR. Bukhari).

            Dalam Islam kepatuhan pada pemimpin (bacaulil amri) adalah bagian tak terpisahkan dari kepatuhan kita kepada Rasulullah S.a.w. Adapun kepatuhan kepada Rasulullah S.a.w.adalah bagian tak terpisahkan dari kepatuhan terhadap Allah S.W.T. sebagai satu-satunya Tuhan yang pantas disembah. Meski kepatuhan pada pemimpin adalah bagian tak terpisahkan dari kepatuhan kepada Rasulullah S.a.w. dan Allah S.W.T., namun bukan berarti kita patuh dan melaksanakan perintah yang sifatnya maksiat atau bertentangan dengan syariat. Apabila perintah bertentangan dengan syariat maka apapun alasannya wajib untuk ditolak sebab hukumnya adalah haram.

Sementara dalam bermain catur, tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya bila kita bermain catur tanpa sebaris pion yang kokoh. Saat permainan dimulai, pion ada di garis depan melindungi seluruh bidak kerajaan yang lain. Raja sebagai bidak penentu kemenangan dan kekalahan perang pun, dilindungi secara langsung oleh pagar betis pion. Sementara bidak lain butuh waktu untuk mengatur serangan, pion sudah bisa lebih dulu maju ke garis depan pertempuran. Di samping posisinya di barisan depan yang dapat melindungi seluruh bidak kerajaan, langkah awal pion juga dapat menentukan kesuksesan sebuah team. Untuk mendapatkan hasil terbaik, seorang pecatur belajar merencanakan langkah pembuka yang tepat.

#EdisiIII: Loyalitas untuk sebuah Misi

Literasi yang ketiga belajar dari pion adalah tentang sebuah pengorbanan. Loyalitas mempertaruhkan segenap jiwa raganya demi keselamatan pemimpin bahkan teman seperjuangannya untuk tujuan yang lebih baik. Sebuah pion kadang tidak melakukan kompromi lagi dengan pion lainnya dalam memertahankan teritorialnya. Nyawa seakan tiada arti demi keselamatan yang dihormati atau dikasihaninya. Penulis melihat totalitas semacam ini ada pada ulama sufi. Cara pandang seperti ini mungkin agak berbeda dengan para ulama fiqh karena masing-masing punya sudut pandang sendiri-sendiri. Ulama sufi menganggap dengan menolong agama Allah niscaya Dia akan menolong dan meneguhkanmh (Q.S. Muhammad: 7). Kemudian melindungi pemimpin dan  pengikutnya adalah perintah Allah.

Sementara ulama fiqh bersandar pada ayat yang mengatakan “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfal: 25). Di sini jelas tidak kontradiksi dengan totalitas terhadap sebuah perjuangan selain untuk dirinya. Lantas mana yang benar? Keduanya mungkin benar atau salah satunya yang paling benar, wallahu a’lam bish-shawab.

Menyandarkan pada gambaran di atas, sebidak pion hanya karena kekuatannya yang terbatas, dianggap tidak terlalu berharga, sehingga sering menjadi korban. Namun, pengorbanannya tidak akan  pernah sia-sia. Mengorbankan bidak adalah teknik biasa dalam permainan catur. Seorang Grandmaster handal tahu, tidak hanya bagaimana cara mengalahkan bidak musuh, tapi juga mengorbankan bidaknya sendiri demi mengalahkan bidak musuh yang lebih kuat. Bisa kita bayangkan, suatu hari seorang  kecil (atau sebuah pion) nekat maju ke daerah musuh. Gugurlah sang pion dibantai ratu. Tapi ternyata itu jebakan, karena ternyata di belakang pion tersebut, ada bidak lain yang siap mematikan bidak lawan yang lebih tangguh. (Bersambung)

#EdisiIV: Berani Mengambil Resko untuk sebuah Misi

Literasi terakhir dari sebuah pion adalah pemberani, tidak menyerah atau mundur meski dalam kondisi terdesak. Meski banyak yang mengira pion lemah dan lambat, tapi dialah prajurit pemberani yang tidak pernah mundur. Ia akan terus maju menghadang musuh, sebanyak dan sekuat apapun musuhnya. Ia suka bergotong-royong, ia setia, ia rela berkorban. Hanya pionlah yang tidak pernah mundur dari medan pertempuran. Ia hanya bisa maju, meski hanya selangkah demi selangkah. Bidak lain yang lebih kuat masih suka mundur jika sudah dikepung musuh. Tapi tidak demikian untuk pion. Mereka terus melangkah. Meski para pecatur (amatir) sering meremehkannya karena menjadi bidak paling lemah, tapi dialah satu-satunya bidak yang jika berhasil mencapai ujung perjalanan  (papan catur) bisa berubah sesuai keinginan.

Di samping beberapa keistimewaan yang sudah penulis kemukakan pada bagian sebelumnya (1, 2, 3, dan 4), yang paling penting bahwa pion adalah ruhnya permainan catur. Keberadaanya dapat menentukan hasil akhir permainan. Hal ini sebagaimana Andre Philidor seorang pecatur Perancis tahun 1700 mengatakan bidak sebagai ‘jiwa permainan catur’. Ia menyadari bahwa meskipun Pion memiliki kemampuan terbatas, bidak sering dapat menentukan sifat dan hasil permainan. Demikian beberapa sifat sebuah bidak atau pion sebagai ibrah atau pelajaran dalam menjalani hidup sebagai pribadi, masyarakat, ataupun berbangsa dan bernegara. Mohon maaf jika kurang tepat dalam menggambarkanya dengan keyakinan pembaca. Wallahu a’lam bish-shawab

Penulis: Endang Yusro (Founder Mata Pena)

Please follow and like us:
fb-share-icon
Tweet 20
fb-share-icon20

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *