Pendahuluan
Berbicara tentang kepemimpinan (leadership), maka kita akan berbicara tentang banyak hal yang sejak peradaban ini dimulai sampai hari ini masih berbicara tentang kepemimpinan. Kepemimpinan telah hadir sejalan dengan peradaban sebuah bangsa dan negara dimulai, mulai dari yang peradaban yang masih primitive maupun yang sudah modern. Sejarah lahir dan tenggelamnya sebuah bangsa atau negarapun tidak pernah lepas dari aspek kepemimpinan yang menjadi factor penentunya. Banyak negara gagal, bangkrut atau kolaps, semuanya karena factor kepemimpinan. Dalam dunia Industri pun begitu, banyak perusahaan atau industry gagal bertahan hidup salah satunya karena dipengarhi oleh faktor kepemimpinan yang menjalankan industry atau bisnis tersebut. Artikel sederahana ini mencoba mengupas sedikit tentang sebuah gaya kepemimpinan (style of leadership) yang diharapkan dapat menjadi sebuah alternative bagi para pengambil kebijakan dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang cocok di era new normal saat ini.
Apa itu New Normal?
Ada dua pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai konstruksi memulai pembahasan tentang gaya kepemimpinan di era new normal ini, pertama, apakah New Normal membutuhkan sebuah gaya kepemimpinan yang tepat?; kedua, gaya kepemimpinan seperti apakah yang tepat untuk dijalankan memasuki kehidupan new Normal saat ini?
Dari berbagai sumber yang penulis dapat, New Normal diartikan sebagai perubahan perilaku atau kebiasaan untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19. Dan dalam banyak hal, New Normal oleh banyak pihak disebut sebagai sebuah kondisi dimana manusia memulai kehidupan dengan paradigma baru yang berbasis pada protocol Kesehatan yang disepakati bersama oleh para ahli. Paradigma baru ini lebih banyak berorientasi pada kesadaran masyarakat untuk menerapkan hidup dengan standar kesehatan yang ada, sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid 19. Paradigma baru ini memiliki konsekwensi logis bagi kita untuk melakukan penyesuaian-penyesuain yang baru. Penyesuaian budaya kerja, penyesuaian cara belajar, penyesuaian interaksi dengan rekan kerja dan berbagai penyesuaian lainnya yang merupakan implikasi dari perubahan paradigma.
Apakah New Normal Membutuhkan Sebuah Gaya Kepemimpinan?
Kalau kita menyepakati bahwa New Normal adalah sebuah kondisi yang harus dijalankan dengan protocol Kesehatan yang ketat, maka suka atau tidak suka sebuah bisnis atau industry harus menghadirkan sebuah gaya kepemimpinan yang berbeda dari gaya-gaya sebelumya yang sudah ada. Jika sebuah bisnis atau industry masih menerapkan gaya atau pola kepemimpinan lama, maka pertanyaannya apakah kehidupan new Normal akan berjalan secara efektif?
Kita memahami bahwa penerapan gaya kepemimpinan merupakan menjadi authority dari seorang pemimpin. Mau menerapkan gaya kepemimpinan seperti apa dan bagaimana adalah hak prerogative pimpinan. Mengapa demkian? Karena pemimpin lah yang paling paham dan mengetahui bagaimana tujuan sebuah bisnis atau industry dapat diwujudkan. Strategi dan program apa yang tepat dilaksanakan, atau berapa anggaran yang harus disiapkan untuk mewujudkan semua hal diatas adalah menjadi otoritas seorang pemimpin.
Kembali pada pertanyaan diawal, apakah New Normal membutuhkan gaya kepemimpinan yang baru? Mengutip apa yang disampaikan oleh Hardijanto Suroso, Dekan Binus Business School Undergraduate Programs (2020) mengatakan bahwa di era New Normal, sebuah Industri atau bisnis harus memadukan tiga kualitas kepemimpinan secara simultan. Dimana dengan perpaduan tiga kualitas ini akan menghasilkan sebuah gaya kepemimpinan yang efektif di era New Normal. Hadijanto menyebutkan bahwa tiga kualitas kepemipinan yang dimaksud adalah kualitas stewardship, transformational dan entrepreneurship. Tiga kualitas tersebut harus dipadukan dengan kemampuan insiatif yang diatas rata-rata seorang pemimpin, yaitu ia harus melakukan co creations agar dapat menghasilkan produk yang inovatif sekaligus sesuai dengan kebutuhan konsumen di era new normal. Pada bagian lain, setelah dipadukan dengan kemampuan inisiatif co creations, seorang pemimpin harus juga mengadopsi suatu tren dan memberikan twist tersendiri sesuai dengan kondisi perusahaan masing-masing.
Membaca apa yang disampaikan oleh Hardijanto diatas, penulis dapat mengambil sebuah hipotesa bahwa untuk New Normal hanya dibutuhkan sebuah perpaduan yang sinergis antara tiga gaya kepemimpinan yang sudah ada, sebagai cara untuk mengelola bisnis atau industry dimasa New Normal nanti. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pemimpin bisnis dalam menkombinasikan dan menyesuaikan gaya kepemimpinan yang aka dijalankan.
Gaya Kepemiminan apa yang paling tepat?
Bicara tentang gaya kepemimpinan yang tepat disaat kondisi New Normal tentu bukan soal yang mudah. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh seorang pemimpin ketika akan melaksanakan tugas-tuga kepemimpinannya. New Normal atau saya boleh menyebutnya sebagai suatu kondisi dimana setiap orang, suka atau tidak suka harus menyesuiakan diri dengan kehidupan baru yang penuh dengan protocol kesehatan, sebagai upaya untuk membangun kebiasaan baru yang lebih sehat dan produktif. Maka, diperlukan seperangkat prasyarat-prasyarat yang ha
rus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam memasuki era baru tersebut. Dan menurut penulis, setidaknya ada lima prasyarat pokok yang menjadi pilar bagi Kepemimpinan di Era New Normal, Kelima pilar tersebebut adalah; pertama, Good Vision; kedua, Open Minded; ketiga, Flexibility; keempat, Fast to Decision Maker; dan kelima, Good Networking.
- Good Vision
Suka tidak suka, seorang pemimpin itu harus memiliki Visi yang jelas dan mampu membawa organisasi dalam sebuah kemajuan yang signifikan. Bukan hanya sekedar mampu merumuskan dan menuliskan kata-kata indah sebuah Visi, tetapi ia harus mampu juga menterjemahkan dan melaksanakan apa yang menjadi tuntutan dari sebuah visi yang dibangun. Visi yang jelas dan terukur merupakan indicator pertama untuk menilai dan melihat sejauhmana kemampuan seorang pemimpin dalam membawa nahkoda organisasinya.
- Open Minded
Seorang pemimpin yang sukses, ia harus berani melakukan lompatan-lompatan strategis terkait dengan program dan strategi yang akan dijalankan dalam memimpin organisasi. Dan hal tersebut tidak bisa dijalankan oleh orang yang picik, apalagi oleh orang-orang yang tidak mau menerima perubahan. Dalam konteks bisnis, perubahan lingkungan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak atau dihindari. Setiap organisasi, pasti akan mengalami dinamika organisasinya yang berbeda satu sama lain, sesuai dengan konteks lingkungan bisnis yang dihadapi. Karena itu, maka seorang pemimpin harus membuka diri atau terbuka dengan pemikiran, ide, dan gagasan baru yang lebih actual dan UpToDate. Tidak jamannya lagi seorang pemimpin menjadi orang yang segalanya lebih tahu dan paham dengan informasi-informasi yang berkembang dewasa ini. Semua orang sudah memiliki kesempatan yang sama untuk mengetahui berbagai informasi dan berita secara terbuka.
- Flexibility
Memahami konsep flexibility dalam kepemimpinan, berarti kita harus juga memahami konsep kepemimpinan situasional. Mengapa? Karena secara substansi, flexibility adalah sebuah konsep yang mengandung makna situasional. Artinya, seorang pemimpin bisnis haruslah dapat menempatkan persoalan-persoalan yang dihadapi dengan pendekatan yang lebih longgar dan fleksibel. Seorang pemimpin bisnis tidak boleh kaku dan “keukeuh” dengan aturan ataupun SOP yang ada. Jangan sampai seorang pemimpin terjebak dengan hal-hal yang bersifat artifisial, dan mengesampingkan substansi yang seharusnya dicapai. Harus disepakati bahwa, semua aturan yang ada merupakan rambu-rambu yang bersifat administrative semata, ia tidak boleh mengekang kebebasan dalam hal inovasi dan kreatifitas karyawan dalam bekerja, sepanjang karyawan masih on the track dalam bingkai visi bisnis yang ditetapkan diawal.
- Fast to Decision Maker
Dalam kondisi bisnis yang unpredictable saat ini, maka prasyaarat berikutnya yang tidak kalah penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin bisnis adalah kecepatannya dalam hal pengambilan keputusan. Bisnis bergerak dinamis, siap yang pasif, maka bisnisnya akan tertinggal. Sebaliknya, siapa yang cepat maka dialah yang akan mengendalikan lingkungan bisnis. Di masa New Normal, dimana setiap pergerakan kita sebagai seorang pemimpin dibatasi oleh protocol Kesehatan, maka suka tidak suka kecepatan dalam pengambilan keputusan bisnis harus dijadikan pertimbangan yang serius. Saat ini, semua bisnis dan industry telah bergerak cepat merespon berbagai isu perubahan yang terjadi pasca pandemic Covid 19. Maka tidak bisa dihindari kita pun harus cepat merespon perubahan lingkungan bisnis tersebut dengan smart dan tepat sasaran.
- Good Networking
Di era yang kompetitif saat ini, skills yang sangat menentukan eksistensi sebuah organisasi adalah keterampilan membangun jaringan atau networking. Seringkali kita menganggap remeh kemampuan networking ini, padahal kalau kita mau jujur dalam dunia bisnis atau industry semunaya tidak bisa mengandalkan kemampuan sendiri, ia harus berkolaborasi dan berinteraksi dengan lingkugan luar yang lebih luas. Apa jadinya jika seorang pemimpin termasuk category orang yang kuper (kurang pergaulan)? Bagi penulis, kekuatan seorang leader itu terletak pada Networkingnya yang luas. Networking yang luas akan membantu kinerja bisnis bergerak cepat, akses informasi dan kebijakan-kebijakan strategis dapat kita kuasai jika kita memiliki jaringan yang luas, semakin banyak Anda berteman dan memiliki relasi bisnis, maka akan semkain mudah Anda mendapatkan manfaat yang diinginkan. Terlepas manfaat itu bersifat materi ataupun non materi.
Penutup
Akhirnya dengan mengkombinasikan lima unsur diatas sebagai sebuah instrument seorang pemimpin dalam memasuki Eran New Normal, maka dapat dipastikan eksistensi bisnis atau Industri yang sedang dijalankan akan tetap survive. Artikel ini bukan sebuah jurus yang mutlak untuk dijadikan sebagai satu-satunya pertimbangan bagi para pemimpin bisnis, kuncinya adalah kita harus tetap komit untuk membuka wawasan yang lebih luas tentang bagaimana sebuah kepemimpinan di era krisis tetap berjalan secara baik, dan menghasilkan output yang baik bagi kinerja bisnis yang dijalankan.